LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN VII
STRUKTUR
MOLEKUL DAN REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIK
DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL MOLEKUL
OLEH :
NAMA :
ASMAN SADINO
NIM : F1F1 12 092
KELAS : C
KELOMPOK : V
ASISTEN : AGUNG
WIBAWA MAHATVA YODHA, S.Si
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
STRUKTUR MOLEKUL DAN REAKSI-REAKSI
KIMIA ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL-MOLEKUL
A. Tujuan Percobaan
1.
Memberikan pengalaman bekerja dengan menggunakan model molekul.
2.
Memberikan pengalaman mengenai visualisasi
senyawa-senyawa organik dalam tiga dimensi.
3.
Mengilustrasikan reaksi-reaksi kimia.
B. Landasan Teori
Kimia
organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang dari benda hidup
sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan mengenai kimia organik tak
dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan. Misalnya, karena sistem kehidupan
terutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir semua bidang yang
berurusan dengan tanaman, hewan, atau mikroorganisme bergantung pada prinsip
kimia organik (Fessenden, 1997).
Ada tiga jenis
gaya antarmolekul, yaitu gaya dipol-dipol, gaya London, dan ikatan hidrogen.
Gaya dipol-dipol dan gaya London dapat dianggap sebagai satu jenis gaya, yaitu
gaya van der Waals. Gaya
antarmolekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang menimbulkan
tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Kekuatan gaya
antarmolekul lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun ikatan ion Pada
suhu tertentu, kekuatan tarikan antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas,
cair, atau padat. Ikatan
kimia merupakan gaya tarik menarik di antara atom-atom yang berikatan,
sedangkan gaya antarmolekul merupakan gaya tarik menarik di antara molekul (Fariza,
2009).
Pemodelan molekul merupakan suatu
cara untuk menggambarkan atau menampilkan perilaku molekul atau system molekul
sebagai pendekatan dengan keadaan yang sebenarnya. Pemodelan molekul dilakukan
dengan menggunakan metode-metode mekanika kuantum, mekanika molekuler,
minimasi, simulasi, analisis konformasi serta beberapa metode kimia komputasi
lain yang memprediksi perilaku molekul. Pemodelan molekul dengan metode mekanika
molekuler medan gaya digunakan untuk molekul besar yang tidak mungkin dihitung
dengan metode mekanika kuantum. (Kasmui dkk, 2010).
Pemodelan molekul dapat digunakan untuk merancang suatu
molekul sebelum dibuat di laboratorium sehingga dapat diperoleh molekul yang
diinginkan secara efisien. Pemodelan molekul merupakan salah satu bagian
komputasi kimia tentang studi struktur molekul, yang mempelajari tentang
struktur, sifat, karakteristik dan kelakuan suatu molekul (Presetya dkk, 2011).
Posisi atom
karbon memberikan kondisi spesifik yang mengakibatkan setiap atom karbon pada
molekul organik mempunyai harga puncak atau pergeseran kimia NMR yang spesifik
pula. Setiap atom karbon pada molekul mempunyai harga puncak atau pergeseran
kimia NMR yang tergantung pada posisi atom karbon di dalam struktur molekul
tersebut. Sifat tersebut yang akan membedakan molekul satu dengan molekul lain.
Banyaknya puncak serta harga NMR inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan
suatu molekul. Untuk itu penentuan struktur molekul senyawa bioaktip berdasar
data NMR yang ada supaya bisa lebih cepat dan tepat dilakukan dengan bantuan
program komputer yang kita kembangkan dan kita sajikan dalam kesempatan ini.
Program semacam ini, belum pernah dikembangkan di Indonesia, meskipun program
serupa telah dikembangkan di negara maju, untuk struktur molekul senyawa
organik pada umumnya (Kardono, 2008).
Salah satu kelas
besar dalam golongan aromatik adalah senyawa – senyawa yang memiliki induk
hidrokarbon C6H6, yang sekarang disebut sebagai benzena. Rumus
molekul inti benzene yang berupa cincin enam karbon dengan lingkaran
ditengahnya digunakan untuk menunjukkan bahwa posisi keenam karbon tersebut
setara dan elekron phi terdelokalisasi pada cincin tersebut. Struktur benzena
yang lebih tepat memang telah ditentukan akan tetapi rumus kimia C6H6
memberikan kemungkinan lain untuk senyawa kimia. Senyawa – senyawa lain
yang memiliki rumus C6H6 ini kita kenal sebagai isomer
benzena. Benzena yang
juga merupakan induk dari senyawa – senyawa aromatic relative stabil sekalipun
senyawa turunannya melalui bermacam – macam tahap reaksi. Hal ini kontras
dengan rasio karbon : hidrogen yang rendah, yang menunjukkan bahwa strukturnya
tak jenuh (Purtadi, 2002).
Pemilihan
huruf "s", "p", "d", "f" berasal dari
sistem lama dalam mengkategorikan garis spektra, yakni "sharp",
"principal", "diffuse", dan "fundamental". Dalam
metana (CH4) atom karbon mempunyai empat ikatan kovalen terhadap
hidrogen. Setiap katan C-H mempunyai panjang ikatan 1,09A. Sudut ikatan antara
setiap ikatan C-H adalah 109,5o. Dari bukti eksperimen ini, jelaslah
karbon tidak membentuk ikatan orbital atom s dan 3 orbital p. Bila demikian
halnya, keempat ikatan C-H tak akan ekuivalen. Menurut teori mutakhir, keempat
ikatan kovalen ini timbul dari hibridisasi lengkap keempat orbital atomnya
(orbital 2s dan orbital 2p). Untuk memberikan keempat orbital sp3
yang ekuivalen. Agar ini terus dapat terjadi, satu elektron dari 2s harus
ditingkatkan keorbital 2p yang masih kosong. Bila karbon terikat ke atom yang
lain oleh ikatan rangkap 2, atom berada dalam hibridisasi sp2. Untuk
membentuk orbital ikatan sp2 karbon menghibridisasi orbital 2s
nyahanya dengan orbital 2p nya. Masing-masing orbital sp2 mempunyai
bentuk yang sama seperti sp3 dan mengandung satu elektron yang
dipakai untuk berikatan (Fessenden, 1997).
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah molimod
“darling models”.
D. Prosedur Kerja
-
MolimodHasil???
- Disusun
dalam bentuk molekul sp3, sp2, sp, dsp3, dan d2sp3.
- Digambar
bentuk molekulnya
-
Hasil???Molimod
- Disusun
dalam bentuk molekul 2-metil heksana, 2-butanol, 2-butena, 1-propanol, dan
metiletileter.
- Digambar
bentuk molekulnya
-
MolimodHasil???
- Disusun
dalam bentuk senyawa aromatik benzena dan naftalena
- Digambar
bentuk molekulnya
- Menyusun dan menggambar senyawa siklik
Molimod
|
Hasil???
|
- Disusun
dalam bentuk molekul 3 atom C sp3, 4 atom C sp3, 5 atom C
sp3, 6 atom C sp3, 7 atom C sp3, 8 atom C sp3.
- Digambar
bentuk molekulnya
-
MolimodHasil???
- Disusun
dalam bentuk proyeksi titik padat, proyeksi fisher, proyeksi newman, dan
proyeksi sawhorse.
- Digambar
bentuk molekulnya
- Menyusun dan menggambar proyeksi newman pada konformasi sikloheksana
Molimod
|
Hasil???
|
-
Disusun dalam bentuk proyeksi newman, untuk konformasi
sikloheksana bentuk kursi, setengah perahu, dan bentuk perahu.
-
Digambar bentuk molekulnya
-
MolimodHasil???
- Disusun
dalam bentuk isomer dari 2-butena dan 1,2-diklorosikloheksana.
- Digambar
bentuk molekulnya
-
MolimodHasil???
- Disusun
struktur brominasi E-3-metil-2-pentana dan propanol + Cl2.
- Digambar
bentuk molekulnya
E. HASIL
PENGAMATAN
Hasil pengamatan dalam percoban kali ini,
yaitu :
No
|
Nama Senyawa
|
Gambar
|
1.
|
sp3
sp2
sp
dsp3
d2sp3
|
|
2.
|
2-metilheksana
2-butanol
2-butena
1-propanol
Metileileter
|
|
3.
|
Benzena
Naftalena
|
|
4.
|
3 atom C sp3
4 atom C sp3
5 atom C sp3
6 atom C sp3
7 atom C sp3
8 atom C sp3
|
|
5.
|
Proyeksi titik padat
Proyeksi fisher
Proyeksi newman
Proyeksi sawhorse
|
|
6.
|
Bentuk kursi
Bentuk setengah perahu
Bentuk perahu
|
|
7.
|
Isomer 2-butena
Cis 2-butena
Trans 2-butena
Isomer 1,2-diklorosikloheksana
Equatorial-equatorial
Equatorial-aksial
Aksial-aksial
Aksial-equatorial
|
|
8.
|
Brominasi E-3-metil-2-pentena
Propanol + Cl2.
|
|
F. Pembahasan
Bentuk
molekul merupakan konsep dasar dalam kimia organik. Molekul ini berbentuk tiga
dimensi dan interaksi ruang dari suatu bagian molekul dengan bagian molekul
lainnya sangat penting dalam menentukan sifat
fisik dan kimia dari molekul-molekul tersebut. Molekul kovalen terdapat
pasangan-pasangan elektron baik PEI maupun PEB. Karena pasangan elektron
mempunyai muatan sejenis, maka terjadi tolak-menolak antarpasangan elektron.
Adanya gaya tolak-menolak menyebabkan atom-atom yang berikatan membentuk
struktur ruang yang tertentu dari suatu molekul. Dengan demikian bentuk molekul
dipengaruhi oleh banyaknya PEI maupun PEB yang dimiliki pada atom pusat. Oleh
karena itu, bentuk molekul tergantung pada susunan ruang pasangan elektron
ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) atom pusat dalam molekul. Dapat
dijelaskan dengan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi atau teori
VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repultion).
Percobaan ini
bertujuan untuk mengenal dan mengetahui model-model molekul dari beberapa
senyawa yaitu alkana, alkena, alkuna, keton, benzene, asam asetat serta isomer
struktur geometri cis / trans dengan menggunakan seperangkat alat model molekul
(molymod). Pada percobaan bentuk molekul ini, kami menggunakan molymod. Molymod
merupakan suatu alat peraga untuk menggambarkan bentuk suatu molekul. Molymod
biasanya terbuat dari plastic berupa bulatan-bulatan yang dihubungkan oleh
suatu batangan. Bulatan tersebut bertindak sebagai suatu atom sedangkan
batangnya sebagai ikatan. Penyusunan molimod menjadi bentuk molekul beberapa
senyawa tertentu sehingga lebih mudah memahami bentuk dan posisi stabil suatu
senyawa.
Terdapat empat
orbital atom pada tingkat energi kedua, satu orbital 2s dan 3 orbital p. Tetapi
karbon tidak menggunakan keempat orbital dalam keadaan murni untuk berikatan.
Sebagai gantinya karbon bercampur, atau berhibridisasi, yaitu peristiwa
penggabungan beberapa orbital atom yang menghasilkan orbital hibrida yang
jumlah, bentuk dan arahnya ditentukan oleh jumlah dan jenis orbital atom
pembentuknya. Ada 5 jenis hibridisasi, yaitu hibridisasi sp3, sp2,
sp, dsp3, d2sp3.
Metana (CH4)
adalah salah satu senyawa yang mengalami hibridasi sp3. Molekul
metana (CH4) berbentuk tetrahedral dengan 4 ikatan C-H yang
ekuivalen serta besar sudut antara C-H adalah 109,50. Ketika atom
karbon membentuk ikatan kovalen dengan H membentuk CH4, orbital 2s
dan ketiga orbital 2p mengalami hibridisasi membentuk 4 orbital yang setingkat.
Orbital hibridanya ditandai dengan sp3untuk menyatakan asalnya, yaitu satu
orbital s dan tiga orbital p. Hibridisasi tidak hanya mempengaruhi tingkat
energy, namun juga berpengaruh terhadap bentuk orbital gambar. C dengan 4
orbital hibrida sp3, dapat membentuk 4 ikatan kovalen yang equivalen yang
mengelilingi inti atom karbon. Namun, karena tolakan yang terjadi antara elektron
dalam berbagai orbital, menyebabkan orbital
sp3 berjauhan
dan bergerak keluar
dari inti karbon
yang sama. Sehingga, keempat
orbital menghadap pada ujung suatu tetradon biasa dan membentuk sudut 109,50.
Hibridisasi
merupakan kombinasi orbital sehinggatingkat energi orbital s dan p
masing-masing mengalami perubahan, kemudian seluruh orbital hasil hibrida
berada pada tingkat energi yang sama.
Hibridisasi
sp2 salah satunya pada senyawa etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua
diantara karbon-karbonnya. Atom karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena
orbital-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan phi
sesuai yang disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di antara karbon. Dalam
hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p membentuk 3
orbital sp2 dengan 1 orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon
membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2
karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen
dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 1200 dan geometrinya
berbentuk Trigonalpenal (segitiga datar).
Hibridisasi
sp salah satunya terjadi pada senyawa MgCl2. Orbital 2s hanya
bergabung dengan satu orbital –p yang menghasilkan 2 orbital sp dan menyisakan
2 orbital p. Ikatan kimia dalam MgCl2 terdiri dari tumpang tindih
sp-sp antara dua atom karbon membentuk ikatan sigma dan dua ikatan phi tambahan
yang terbentuk dari tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan
dengan hidrogen membentuk geometri linier dengan sudut sebesar 1800.
Orbital dsp3 dan d2sp3 dapat terbentuk akibat
hibridisasi yang terjadi antara subkulit s, p, dan d. Contoh senyawa yang
terbentuk dari orbital dsp3 yaitu PCl5 dan orbital hibrida d2sp3
adalah SF6. Pada
orbital dsp3
semua elektron tunggal berada pada masing-masing orbital yang akan dipakai
untuk berikatan dengan atom lain dan tidak terdapat pasangan elektron bebas. Sehingga, tolakkan hanya
akan terjadi diantara pasangan elektron ikatan yang terbentuk. Pada orbital dsp3,
terdapat 5 pasangan elektron ikatan yang saling tolak-menolak sampai posisi
terjauh yang mungkin gaya resultannya adalah nol. Mekanisme hibridisasi d2sp3
adalah sama seperti dsp3. Bentuk geometri yang dicapai adalah
bentuk segitiga bipiramida
(segitiga 2npiramida) dengan besar sudut ikatan 90o dan 120o.
Begitu juga pada orbital d2sp3 enam pasangan
elektron ikatan saling tolak-menolak sejauh-jauhnya, sehingga mencapai bentuk
geometri yang stabil yaitu oktahedral dengan sudut ikatan 90o.
3-metilheksana merupakan
senyawa alkana yang memiliki ikatan stabil yaitu ikatan tunggal yang terdiri dari orbital sp3
yang dapat berputar
karena sigma-nya yang
menyebabkan molekul senyawa ini dapat berubah-ubah karena perputarannya. Berbeda dengan
3-metilheksana, senyawa
alkena (2-butena) bersifat statis (tidak dapat diputar) karena terbentuknya ikatan pi oleh
orbital 2p yang tidak ikut terhibridisasi ikatan pi tersebut sehingga struktur molekulnya kaku. Hibridisasi sp2
ditandai dengan adanya ikatan rangkap dua yang tidak stabil (terdiri dari
ikatan pi dan ikatan sigma). Perbedaan juga terlihat pada senyawa alkohol
dan eter. Selain
ikatan antarkarbon,
terdapat pula ikatan
antara karbon dan oksigen secara langsung, dimana oksigen akan
memiliki dua pasangan elektron bebas
akibat terhibridisasi sp3.
Benzena
merupakan sikloheksena yaitu senyawa siklik yang memiliki ikatan rangkap dua
aromatikdengan rumus struktur C6H12. Benzena dilambangkan
dengan dua bentuk, yang pertama adalah struktur kekuledan yang lainnya adalah
heksagon dengan lingkaran didalamnya untuk menggambarkan adanya resonansi
ikatan π atau distribusi elektron yang tersebar merata di dalam cincin benzena.
Benzena
disusun oleh struktur yang bersifat statis (tidak dapat diputar). Hal itu disebabkan ikatan
pi yang dibentuk oleh orbital 2p tidak ikut terhibridisasi, sehingga selain adanya
ikatan tuggal dari orbital sp2 juga terdapat ikatan pi yang
membentuk ikatan rangkap dua. Benzena
memiliki sudut ikatan sebesar 1200 yang terbentuk karena benzena
memiliki 3 ikatan phi yang membuatnya lebih stabil.
Naftalena
merupakan hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna putih
dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin
benzena yang bersatu.
Benzena
terbentuk dari atom hidrogen dan atom karbon. Setiap atom karbon harus
berikatan dengan tiga atom yang lain (1 hidrogen dengan dua karbon) dan karena
tidak memiliki elektron bebas yang cukup, salah satu pasangan elektron di 2s2
harus berpindah ke orbital 2pz yang kosong. Karena setiap
karbon hanya bergabung dengan tiga atom yang lain, saat atom karbon
menghibridisasikan orbital terluarnya sebelum membentuk ikatan, hanya
diperlukan hibridasi dari tiga. Elektron pada 2s dan 2p saja yang dipakai
sehingga tersisa satu buah elektron pada 2p. Orbital yang baru dikenal sebagai
hibrid sp2 karena terbentuk dari orbital s dan dua buah orbital p
yang tersusun kembali. Ketiga orbital pada hybrid sp2 tersusun
hingga menjauh sejauh mungkin kemudian terbentuk bentuk datar/planar dengan
sudut antar atom 1200. Dalam proses ini dihasilkan lebih dari satu
ikatan sehingga dapat dikatakan bahwa elektron tersebut telah terdelokalisasi. Energi
delokalisasi adalah istilah yang setara untuk memeberi fenomena yang sama,
yakni suatu struktur memiliki energi yang lebih rendah bila mempunyai elektron
dalam orbital-orbital molekul yang terikat paad dua inti ataom atau lebih.
Senyawa
hidrokarbon merupakan senyawa karbon paling sederhana. Berdasarkan susunan atom
karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar yaitu
senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa alifatik adalah senyawa karbon
yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Sedangkan
senyawa siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan lingkaran
itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi
senyawa asiklik (rantai tertutup) dan aromatik (membentuk rantai benzena).
Sebanyak 3
sampai 8 atom C dirangkai agar membentuk siklik. Ketika 3-5 atom C dirangkai
dan dihubungkan agar membentuk siklik, sangat terlihat bahwa atom-atom tersebut
sulit untuk dihubungkan satu sama lain. Senyawa siklik dengan 6 atom C
relatif lebih stabil karena besarnya gaya tolakan sama untuk setiap atom
karbon, meskipun
bentuknya agak membengkok sebagai akibat dari jenis ikatan yang terdapat
didalam yaitu ikatan sigma, sehingga bentuknya tidak seperti benzena yang statis pada umumnya. Besarnya sudut
ikatan yang terbentuk pada sikloheksana ini adalah 120o. Untuk mendapatkan
struktur yang stabil, sikloheksana dapat mengkondisikan strukturnya
dalam bentuk konformasi kursi, sehingga gaya tolak menolak antar
elektron-elektron ikatan yang besar dapat berkurang karena letak yang berjauhan antara aton satu
dan lainnya.
Proyeksi
digunakan untuk lebih memahami ikatan-ikatan yang terjadi antara gugus dan atom
tertentu. Dalam hal ini ada 4 macam proyeksi yaitu proyeksi taji padat, fisher,
newman, dan sawhorse. Molekul senyawa yang diamati adalah etanol.
Pada dasarnya
keempat proyeksi ini mempunyai prinsip yang sama. Namun perbedaan terletak pada
cara memandang dan menggambar proyeksi ini di atas bidang datar. Pada
pengamatan menggunakan proyeksi taji padat, gugus OH berada di bawah atau
diatas bidang. Proyeksi
ini sangat cocok untuk digunakan untuk menggambar dua dimensi. Pada pengamatan
menggunakan proyeksi fisher, molimod dipandang dari atas. Dimana atom karbon
dengan dengan bilangan oksidasi lebih tinggi diletakkan diatas. Dalam hal ini
yang diletakkan di atas adalah gugus OH karena gugus ini mempunyai bilangan
oksidasi tinggi dan mudah teroksidasi. Pengamatan berdasarkan proyeksi newman
dilakukan dengan meletakkan molimod pada bidang datar kemudian dipandang dari
arah depan atau belakang sehingga keseluruhan atom akan terlihat seperti berada
pada satu titik. Bagian depan molekul ditandai dengan lingkaran. Proyeksi ini
dapat dilihat dalam 3 bentuk yaitu eklips (0o),
gauche/stragger (60o), dan anti (180o). Ketiga bentuk ini mempengaruhi
kestabilan molekul. Bentuk anti merupakan bentuk dengan tingkat kestabilan
tertinggi apabila dibandingkan dengan bentuk eclips dan stagger. Posisi gugus
OH terhadap salah satu atom H dari CH3 sangat berjauhan sehingga mengurangi gaya tolak-menolak
antara keduanya. Proyeksi sawhorse kurang lebih sama dengan proyeksi taji
padat. Hanya saja proyeksi sawhorse lebih stabil dalam hal susunan
atomnya, karena proyeksi ini menunjukan pengaruh tolakan antara gugus terhadap
bentuk molekul.
Pengamatan terhadap konformasi sikloheksana dalam bentuk
kursi, setengah perahu, dan perahu, menunjukan bahwa konformasi bentuk kursi paling stabil dibandingkan keduanya. Hal tersebut disebabkan karena letak gugus yang
saling berseberangan
sehingga memperkecil tolakan yang terjadi. Apabila gugus (substituen) yang terdapat pada sikloheksana merupakan substituen
dengan massa besar, maka
substituen akan mencari posisi yang memungkinkan rantai sikloheksana tetap
stabil yaitu dengan
posisi yang saling berlawanan. Ikatan C-H
terdiri atas posisi aksial, dimana
C-H terletak diatas dan dibawah bidang rata-rata cincin karbon, dan posisi
equatorial dimana letak
C-H tegak lurus pada
satu bidang cincin karbon.
Isomer ialah molekul-molekul
dengan rumus kimia yang sama (dan sering dengan jenis ikatan
yang sama), namun memiliki susunan atom yang berbeda. Kebanyakan isomer
memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Salah
satu contoh isomer adalah
isomer geometri atau isomer cis-trans dapat dipertukarkan melalui rotasi ikatan karbon-karbonnya. Contoh senyawanya adalah
2-butena. Dimana senyawa
2-butena terdiri dari dua isomer geometri, yaitu cis 2-butena dan
trans 2-butena. Disebut cis karena letak gugus berada pada satu bidan. Apabila letak gugus
berseberangan, maka disebut trans. Trans
lebih stabil dibandingkan dengan cis karena kecilnya tolakan antar gugus.
Isomer
senyawa siklik misalnya pada 1,2-diklorosikloheksana yang memiliki 2
isomer cis dan 2 isomer trans.
2 isomer cis yang dimaksud adalah ketika gugus Cl terletak pada posisi equatorial-aksial
dan aksial-equatorial.
Sedangkan pada 2 isomer trans, gugus Cl terletak pada posisi aksial-aksial dan
equatorial-equatorial.
Trans merupakan posisi paling stabil dimana tolakan antar gugus sangat kecil
yang disebabkan letak gugus Cl yang saling berjauhan.
Brominasi
E-3-metil-2-pentena menghasilkan
2,3-dibromo-3-metil pentana. Pada reaksi ini, ikatan rangkap pada
E-3-metil-2-pentena putus dan mengikat 2 gugus Br pada karbon nomor dua dan
tiga. Sedangkan pada reaksi propana dengan HCl, dihasilkan
1,2-dikloropropana, dimana ikatan rangkap pada propena putus dan atom Cl masuk
ke atom karbon nomor satu dan dua. Kedua reaksi ini termasuk dalam reaksi adisi
dimana suatu atom/gugus masuk kedalam ikatan tak jenuh (rangkap) yang disertai
dengan putusnya ikatan rangkap tersebut.
G. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
- Melalui model molekul (molimod) dapat mempermudah dalam memahami struktur tiga dimensi suatu molekul, baik isomer maupun struktur dari molekul itu sendiri.
- Visualisasi atau penggambaran senyawa-senyawa organik dengan menggunakan molimod jauh lebih memudahkan kita untuk mengetahui posisi stabil yang dapat dibentuk oleh suatu senyawa.
- Reaksi-reaksi kimia dapat dipelajari dari molimod adalah pemutusan ikatan rangkap dan pementukan kembali ikatan yang baru, dengan sifat senyawa yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Fariza,
2009. Aplikasi Flash Lite Untuk Pembelajaran Kimia (Materi : Ikatan
Kimia & Struktur Atom). Jurnal
Institut Teknologi Sepuluh Nopember .
Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Kardono,
2008. Program Komputer Untuk Membantu Penentuan
Struktur Kimia Bioaktip Berdasar Data Nmr. Jurnal
Pusat Pengembangan Perangkat
Nuklir.
Kasmui dkk, 2010. Perubahan Ukuran Rongga Pada Modifikasi
Molekul Zeolit Zsm-5 Dengan Variasi Rasio Si/Al Dan Variasi Kation Menggunakan
Metode Mekanika Molekuler.
Presetya dkk, 2011. Kajian Pengaruh Pemanasan Terhadap Jumlah
Molekul Air Pada Zeolit Y Yang Disisipi Kation Mg2+ Dan Ca2+ Dengan Metode
Mekanika Molekuler.
Purtadi,
2002. Isomer Benzena : Bentuk Pembelajaran Berorientasi
Proses untuk Konsep Struktur Benzena pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas XII.
0 comments:
Post a Comment