Sunday, May 13, 2018

Argentometri

ARGENTOMETRI
A.  TUJUAN
1.   Untuk mengetahui cara analisis kimia dengan metode argentometri.
2. Untuk mengetahui konsentrasi suatu spesies kimia dalam sampel dengan metode argentometri.

B.  LANDASAN TEORI
Titrasi adalah suatu proses atau prosedur dalam analisis volumetric di mana suatu titran atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret ke larutan lain yang dapat bereaksi dengannya (belum diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik ekuivalen atau titik akhir (Ika, 2009).
Titrasi Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan (Gandjar, 2007).
Metode mohr ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indkator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah (Jacoban, 2005).
Larutan standart perak nitrat AgNO3 biasanya digunakan dalam titrasi Argentometri. Ketika AgNO3 ditambahkan pada NaCl yang mengandung zat berpendar flour, titik akhir di tentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika larutan tersebut tidak berwarna disebabkan adanya adsorbsi indicator pada endapan AgCl. Warna yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan (Rahim, 2011).
 Indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan  menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen (Sunita, 2011).
  
C. ALAT DAN BAHAN 
-
D. PROSEDUR KERJA
-
E. HASIL PENGAMATAN 
-
F.    PEMBAHASAN
Pada penetapan kadar yang sukar senyawa yang sukar larut digunakan metode tertentu, karena sifat dari senyawa yang mudah larut sangat berbeda dengan senyawa yang sukar larut. Dimana salah satu metode tersebut adalah metode argentometri. Argentometri adalah suatu titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut.
Titrasi argentometri biasa juga di sebut dengan titrasi pengendapan yang merupakan titrasi yang memperlihatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran. Jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran di tambahkan analit, tidak adanya interpensi yang mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi mudah diamati.
Ketika melakukan titrasi untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan  dipergunakan indikator yang baru menghasilkan suatu endapan  bila reaksi dipergunakan dengan berhasil baik untuk titrasi pengendapan ini. Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak ada tiga indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini yaitu metode Mohr, Volhard dan  K. Fajans. Metode mohr  yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Metode volhard yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida dan iodida dalam suasana asam. Metode K. Fajans merupan metode yang menggunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataan bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan.
Dalam percobaan ini digunakan larutan baku AgNO3, aquaria dan air hujan sebagai zat yang akan diuji dan indikator yang digunakan adalah K2CrO4. Percobaan pertama yang akan di uji adalah sampel air hujan sebanyak 10 ml, dimana hasil yang diperoleh adalah larutan berwarna merah bata dengan volume larutan AgNO3 yang diperoleh adalah 4 ml. Hasil tersebut diperoleh dengan penambahan indikator K2CrO4 dan dititrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah diketahui molaritasnya. Titrasi sampai terjadi perubahan warna dari endapan putih sampai terbentuk endapan merah. Pada titrasi ini, digunakan kalium kromat sebagai indikator sebab bila dibandingkan dengan AgCl maka yang mengendap terlebih dulu adalah AgCl. Titk akhir titrasi ditandai dengan endapan merah bata dari perak kromat (Ag2CrO4).
Percobaan yang kedua yang akan di uji adalah sampel air aquaria sebanyak 10 ml dengan volume larutan AgNO3 yang diperoleh adalah 2,5 ml, dimana hasil yang diperoleh adalah larutan berwarna merah. Hasil tersebut diperoleh dengan penambahan indikator K2CrO4 dan dititrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah diketahui molaritasnya. Titk akhir titrasi ditandai dengan endapan merah  dari perak kromat (Ag2CrO4).
Percobaan yang ketiga adalah sampel larutan NaCl sebanyak 10 ml, dimana perlakuannya sama dengan percobaan yang pertama dan kedua dimana hasil yang diperoleh dengan penambahan indikator K2CrO4 dan dititrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah diketahui molaritasnya, tetapi hasil yang di peroleh berbeda karena hasil yang didapat adalah larutan berwarna merah susu dengan volume larutan AgNO3 yang diperoleh adalah 100 ml. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH dari basa dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi A2O.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendapan anatara lain temperatur, Sifat alami pelarut, Pengaruh ion sejenis, Pengaruh pH, Pengaruh hidrolisis dan  Pengaruh ion kompleks. Argentometri sering digunakan untuk menetapkan kadar garam dapur, potassium, dan bromida. Pada perkembangan teknologi sekarang ini sangat mempengaruhi berbagai bidang yang ada disekitar kita, khususnya dalam bidang farmasi. Dalam penyediaan suatu produk farmasi dipergunakan berbagai senyawa-senyawa yang dikombinasikan satu dengan yang lain untuk menghasilkan suatu senyawa baru yang sangat bermanfaat. Pengkombinasian ini melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut dalam air, maupun yang tidak. Selain itu, argentometri sering digunakan untuk menetapkan kadar obat seperti Papaverin HCl. Umumnya zat yang ditetapkan kadarnya adalah zat yang mengandung halogen karena halogen mudah bereaksi dengan ion Ag+ dan membentuk endapan. Namun selain dari halogen, ada juga zat bukan halogen yang biasa ditetapkan kadarnya yaitu Kalium Tiosianat.

G.  KESIMPULAN
Kesimpulan dalam percobaan ini adalah
1.      Argentometri adalah suatu titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Selain itu, ada tiga indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr menggunakan ion kromat, CrO42-, untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah kompleks  yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN. Selain itu, metode Fajans menggunakan indikator adsorpsi.
2.  Percobaan sampel air hujan diperoleh hasil larutan berwarna merah bata, percobaan pada sampel air aquaria diperoleh hasil larutan berwarna merah sedangkan pada percobaan yang ketiga diperoleh hasil larutan berwarna merah susu.

DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino. Vol 1 (2). Hal: 3.

Jacoban, C., dan Macoveanu, M. 2005. A Comparison of Argentometric Titration and Spectrophotometric Determination of Chloride Concentration in Precipitation Samples. Roumanian Society Biological Sciences. Vol. 10 (2), Hal: 3-5.

Rahim, A. et al. 2011. Measurement Uncertainty in the Analysis of Ground Water Chloride of Beed City Using Mohr’s Method. Journal of Advanced Scientific. Vol. 2 (3), Hal: 1-4.


Sunita, C. et al. 2011. Diuretic Activity On Different Extracts And Formulation On Aerial Parts Of Rumex Vesicarius. Linn. J. Chem. Pharm. Res. Vol. 3(6) Hal : 400- 408.

0 comments:

Post a Comment