Sunday, May 13, 2018

Asidi Alkalimetri

ASIDI ALKALIMETRI

A.  TUJUAN
1.    Mahasiswa mampu menetapkan kadar asam lemah dengan menambah pereaksi tertentu untuk menaikkan keasamannya, sehingga dapat dititrasi dengan baku alkali.
2.    Mahasiswa mapu menetapkan kadar senyawa asam yang tidak larut dalam air.

B.  LANDASAN TEORI
Titrasi asam basa merupakan contoh dari analisis volumetri. Bila larutan yang diuji beersifat basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (Ika, D, 2009).
Indikator dipergunakan untuk mengetahui reaksi sempurna pada analisis titrimetri atau volumetri. Dimana indikator ini merupakan senyawa yang berwarna karena adanya perubahan warna disebabkan indikator ini dapat menanggapi munculnya kelebihan titran. Indikator umumnya berubah warnanya dengan adanya perubahan pH (Suirta, I, W, 2010).
Indikator asam basa merupakan zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Dalam proses titrasi apabila asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat maka pHnya =7, tetapi bila asam maupun basanya merupakan asam lemah maka larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (beraksi asam) (Harjanti, R, S, 2008).
Bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan dihasilkan suatu reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan garam dalam air. Larutan ini akan benar-benar netral jika asam dan basa itu sama kuat ; kalau tidak, akan diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan asam atau basa yang anu (unknown) dapat ditentukan dengan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis volumetri (Kleinfetter. 1987).
Titik dimana penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar yang disebut dengan titik ekivalen. Sehingga pada saat titik titrasi telah tercapai biasanya ditandai dengan perubahan warna indicator pH (Mariati,2008).

C.  ALAT DAN BAHAN
1.    Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
-  Klem
-  Statif
-  Gelas kimia 50 ml
-  Erlenmeyer 300 ml
-  Pipet tetes
-  Tisu
-  Buret 50 ml
-  Gelas piala
2.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kami ini yaitu :
-       Asam salisilat/ bedak salisil
-       Asam borat
-       Gliserol
-       NaOH 0,1 N
-       Indikator fenoftalein
-       Etanol
3.    Uraian Bahan
1.      Natrium Hidroksida (FI edisi III hal 412)
           Nama resmi           : Natrii Hirixydum
           Nama lain              : Natrium hidroksida
           Berat molekul        : 40.00
           Rumus molekul     :  NaOH
           Pemerian                :  Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering,   keras   rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif segera menyerap karbondioksida.
           Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) p.
   Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik .
   Kegunaan               : Zat tambahan.
     2.   Aquadest ( FI edisi III, hal. 96 )
           Nama Resmi          :  Aqua Destillata
           Nama Lain             :  Air Suling
           Berat Molekul        :  18,02
           Rumus Molekul     :  H2O
              Pemerian               :  Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak   mempunyai rasa
           Penyimpanan         :  Dalam wadah tertutup rapat.
           Khasiat                   :  Pelarut, Zat tambahan.
3.  Fenolftalein (1: 675)
         Nama resmi              :  Phenolftalein
  Nama lain                 :  Fenolftalein
RM/BM                    :  C20H14O4/318,32
Pemerian                  : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan, larut dalam    etanol, agak sukar larut dalam eter.
          Kelarutan                  :  Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P
          Penyimpanan            :  Dalam wadah tertutup baik.
          Kegunaan                  :  Sebagai larutan indikator. 
4. Gliserol (1: 271)
 Nama resmi               : Glycerolum
 Nama lain                  : Gliserol/Gliserin
        RM/BM                     : C3H8O3 /92,10
Pemerian                    : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis di ikuti rasa hangat, higroskopis
        Kelarutan                   : Dapat campur dengan air dan dengan etanol  (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak
        Penyimpanan             : Dalam wadah tertutup baik
        Khasiat                      :  Zat tambahan
        Kegunaan                  :  Sebagai sampel

5. Asam Borat (1 : 49)
       Nama resmi             : Acidum boricum
       Nama lain                : Asam borat
       RM/BM                   : H3BO3 /61,83
       Pemerian                 : Serbuk hablur, putih, atau sisik mengkilap, tidak                                             
                                         berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam, dan pahit    kemudian manis
        Kelarutan               : Larut dalam 20 bagian air,dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 Bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian gliserol
        Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
        Kandungan           : Mengandung tidak kurang dari 99,5% H3BO3
        Khasiat                 : Antiseptikum ekstern
        Kegunaan             : Sebagai sampel
6. Asam Salisilat (FI III,56)
        Nama resmi          : Acidum Salicylicum
        Nama lain            : Asam salisilat
        RM                       : C7H6O3
        BM                       : 138,13
        Pemerian              : Hablur ringan tidak berwarna /serbuk berwarna putih   hampir tidak   berasa agak manis dan tajam
Kelarutan              : Larut dalam 550 bagian airdan dalam 4 etanol, mudah larut dalam klorofom dan dalam eter p.
        Kegunaan             : Sebagai sampel
        Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat.
7. Etanol (FI III : 65)
         Nama resmi         : AETHANOLIUM
         Nama lain            : Etanol
         BM / RM             : 46,068 gr/mol  /  C2H5OH
         Rumus struktur    : C2H5 – OH
         Pemerian              : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar.
            Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
          Penyimpanan      : Dalam wada tertutup rapat
          Kegunaan           : Sebagai antiseptik

D. PROSEDUR KERJA
-
E.  HASIL PENGAMATAN
1.    Tabel Pengamatan
a.    Penentuan Kadar Asam Borat
Perlakuan
Hasil
Asam borat 0,12 g atau 125 mg + air 8 ml + gliserol 10 ml
Larutan bening
Penambahan indicator PP 3 tetes + dititrasi dengan NaOH 0,1 N
           Larutan merah jambu
(volume 17,8)




b.    Penentuan Kadar Asam Salisilat
Perlakuan
Hasil
Asam salisilat 0,05 g atau 0,05 mg + etanol 7,5 ml + air 10 ml
Larutan putih keruh
Penambahan indicator PP 3 tetes + dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Tidak berubah warna
  

F. PEMBAHASAN
            Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Titrasi merupakan cara reaksi netralisasi yang dipakai untuk menetukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada larutan asam. Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Titik ketika melakukan titrasi dimana titrasi yang diteteskan cukup untuk membuat reaksi yang sempurna yang disebut titik equivalen yang ditandai oleh perubahan warna pada indikator. Titik akhir titrasi merupakan titik pada saat indikator berubah warna. Pada saat titik ekivalen sudah tercapai, proses titrasi kemudian dihentikan dan mencatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan kesetaraan mol titrat dengan mol titran.
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
Pada percobaan ini digunakan indikator fenolftalein (PP). Dimana indikator ini ditambahkan pada titran terlebih dahulu sebelum melakukan proses titrasi. Pada saat titik ekivalen terjadi indikator ini akan mengalami perubahan warna dan pada saat itulah proses titrasi tersebut dihentikan. Pada saat terjadi titik ekivalen, terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang menandakan bahwa larutan tersebut berada pada pH asam atau basa. Perubahan warna pada indikator fenolftalein ini dikarenakan mempunyai warna tertentu pada trayek pH atau rentang pH tertentu yang ditunjukkan dengan perubahan dari warna yang di alami ketika proses akhir titrasi telah tercapai. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
Pada percobaan pertama, menggunakan asam borat sebanyak 0,12 g atau 120 mg sebagai titrannya. Asam borat ini dilarutkan dalam air dan kemudian dicampurkan dengan gliserol didalam Erlenmeyer, kemudian dititrasi dengan NaOH sebagai titratnya. Ketika proses titrasi berlangsung, volume NaOH mencapai 17,8 mL, larutan tersebut berubah warna menjadi merah jambu. Hal ini menandakan agar titrasi dihentikan. Setelah itu, dihitung kadarnya dan diperoleh kadar asam borat dalam larutan tersebut sebesar 22,01 %. Fenolftalein tergolong asam yang sangat lemah dan dalam kedaan tidak terionisasi indicator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa, fenolftalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna merah muda yag terang karena anionnya.
Pada percobaan kedua, menggunakan asam salisilat sebanyak 0,5 g atau 0,05 mg sebagai titrannya. Asam salisilat ini dilarutkan dalam air dan kemudian dicampurkan dengan alkohol didalam Erlenmeyer sehingga terjadi perubahan warna menjadi putih keruh, kemudian dititrasi dengan NaOH sebagai titratnya. Ketika proses titrasi berlangsung, volume NaOH mencapai 40 mL, Namun, larutan tersebut tidak mengalami perubahan warna.
Faktor kesalahan yang telah terjadi dalam praktikum ini adalah ketika titrasi, volume titran yang diteteskan melebihi dari volume yang diharuskan, karena kurang memperhatikan perubahan warna larutan, sehingga didapat hasil yang kurang akurat, Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan. Kesalahan praktikan dalam membaca meniskus bawah buret.

G.  KESIMPULAN
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kadar asam borat adalah 22,01 %.
DAFTAR PUSTAKA
Harjanti, R, S, 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.)
dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, 2008 49

Ika, D, 2009. Alat Otomatisasi Pengkur Kadar Vitamin C Dengan Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino, Vol. 1, No.2, April 2009.

Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta

Mariati, 2008. Pembuatan Larutan Dan Standarisasinya. Jurnal Dinamika. Vol. VI No.2 2008 Edisi Mei – Agustus 2008.


Suirta, I, W, 2010. Sintesis Senyawa orto-fenilazo-2-naftol Sebagai Indikator Dalam Titrasi. Jurnal Kimia. ISSN 1907-98504 (1), januari 2010 : 27-34

1 comment:

  1. Situs Taruhan Ayam yang terlengkap dan terbaik hanya di Agen BOLAVITA , dengan minimal deposit hanya Rp 50.000 saja sudah bisa mainkan semua permainan yang ada!!

    Support Bank ternama Indonesia dan saat ini juga sudah bisa melakukan transaksi dengan menggunakan OVO !!!

    Cukup mudah dan praktis untuk bermain Judi Sabung Ayam ini !!

    Tunggu apalagi ? Daftar sekarang juga di www.bolavita.vip

    Baca juga :
    1. Cara Daftar Sabung Ayam di BOLAVITA
    2. PROMO PROMO BOLAVITA

    Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
    BBM : BOLAVITA / D8C363CA
    Whatsapp : +62812-2222-995
    Livechat 24 Jam

    ReplyDelete