KINETIKA REAKSI KIMIA
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari
kinetika suatu reaksi kimia, dan menentukan waktu kadaluwarsa obat.
B.
LANDASAN
TEORI
Kinetika kimia adalah suatu
ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan mekanisme reaksi. Berdasarkan
penelitian yang mula – mula dilakukan oleh Wilhelmy terhadap kecepatan inversi
sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi /
tekanan zat – zat yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi atau tekanan dari produk atau reaktan terhadap waktu (Chayoy, 2012).
Nasib obat bahan alam
didalam tubuh seperti halnya obat sintetik, dapat diukur secara kuantitatif
dengan beberapa parameter farmakokinetik. Parameter farmakokinetik adalah
besaran yang diturunkan secara matematis dari konsentrasi obat aktif didalam
serum/urin/cairan hayati yang lain selama waktu tertentu, yang menggambarkan
proses absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan eksresi (Wahyono, 2011).
Dalam ilmu kimia persamaan laju reaksi hanya dapat
dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan. Dari data tersebut akan didapat
cara untuk menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi. Persamaan laju
reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan orde
reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan koefisien reaksi zat yang
bersangkutan, karena orde reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi setiap
zat pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan bagian langkah suatu
reaktan berubah menjadi suatu produk
(Santoso, 2012).
Nilai konstanta
kecepatan reaksi (k) naik dengan kenaikan suhu reaksi (rata-rata kenaikannya ±2
kali dari nilai awal), hal ini sesuai dengan teori Arrhenius dan pernyataan
Westerterp (1984), bahwa kenaikan suhu akan menaikan nilai konstanta kecepatan
reaksi, di mana kenaikan 10°C suhu reaksi menaikan konstanta kecepatan reaksi
sebanyak ±2 kali dari nilai awal (Khairat,
2003).
Pengaruh konstanta laju reaksi terhadap energy
aktivasi dapat dilihat dari persamaan Arrhenius k = Ae−Ea/RT yang semakin besar
nilai konstanta laju reaksi, energi aktivasinya akan semakin kecil. Salah satu
faktor yang mempengaruhi lajunya reaksi oksidasi adalah derajat ketidak jenuhan
lemak (Desnelli, 2009).
C.
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan :
-
Statif dan klem
-
Hot plate
-
Pipet ukur
-
Gelas kimia 100 ml 3
buah
-
Gelas
kimia 500 ml
-
Gelas
ukur
-
Tabung reaksi 5 buah
-
Spektronik 20 D
-
Spatula
-
Pipet tetes
-
Batang pengaduk
-
Labu
takar
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan :
-
Larutan asetosal
-
Larutan besi III klorida (FeCl3)
-
Aquades
-
Alkohol
3. Uraian
Bahan
a. Air
suling (DITJEN POM edisi IV, 1995)
Nama
IUPAC : Aquadestillata
Sinonim : Air suling, Aquadest
Berat
molekul : 18,02
Berat
Jenis : 1 gr/vol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tiodak berbau, tidak berasa
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai pembilas atau pencuci dan pengencer
b.
Asetosal (DITJEN POM
edisi IV, 1995)
Nama IUPAC : Acidum acetylsalicylium
Sinonim :
Asam asetilsalisilat
Berat molekul : 180,16
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk
hablur putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau, rasa asam
Kelarutanb : Agak sukar larut dalam air, mudah
larut dalam etanol, larut dalam kloroform
Kegunaan umum : Analgetikum,
antipiretikum
c.
Besi (III) Klorida (DITJEN POM
edisi IV, 1995)
Nama resmi : Ferri klorida
Rumus molekul : FeCl3
Berat molekul : 162,2
Pemerian : Hablur atau
serbuk, hitam kehijauan, bebas warna
jingga dari garam hidrat
Kelarutan : Larut dalam air,
larut berapolaensi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai penguji aspirin
D. PROSEDUR KERJA
-
E. HASIL
PENGAMATAN
-
F.
PEMBAHASAN
Kinetika kimia adalah cabang ilmu kmia yang
mempelajari kecepatan reaksi kimia dan mekanisme reaksi kimia yang terjadi.
Kecepatam reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan perubahan kimia yang
terjadi. Mekanisme reaksi digunakan untuk melukiskan serangkaian
langkah-langkah reaksi yang meliputi perubahan keseluruhan dari suatu reaksi
yang terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
diantaranya : katalis yang dapat mempercepat laju
reaksi kimia pada suhu tertentu, konsentrasi zat yang bereaksi dimana
konsentrasi pereaksi berbanding lurus dengan laju reaksi, tekanan, luas
permukaan sentuh dimana semakin kecil luas
permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga laju reaksi semakin kecil dan begitupun sebaliknya, suhu
dimisalkan jika pada suatu
reaksi yang berlangusng suhu dinaikkan, maka menyebabkan
partikel semakin aktif
bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju
reaksi semakin besar dan begitupun sebaliknya, molaritas semakin
besar molaritas suatu zat maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung.
Dalam laju reaksi digunakan
rumus perhitungan yang dinamakan orde reaksi. Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Penentuan
orde reaksi tidak dapat diturunkan
dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan. Dari suatu persamaan dapat
dilihat persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde
1 terhadap zat A dan merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan
reaksi tersebut adalah reaksi orde 3 yang berarti semua orde reaksi saling berkaitan.
Pada percobaan yang telah dilakukan untuk membaca dan menghitung
daya serap dari sampel digunakan alat Spektronik 20 D yaitu dimana alat ini mengukur daya serap dari sampel
dengan menembakan cahaya ke dalam sampel dan mengitung daya serapnya. Pada saat
sampel dimasukkan ke dalam Spektronik 20 D daya serap dari setiap
sampel berbeda-beda, dimana hasil dari pengukuran daya serap pada temperatur 40oC adalah 0,909, 0,998, 1,28, 1,168, 1,29. Pada temperatur 500C
adalah 1,108, 1,29, 1,30, 1,38, 1,50, semua diperlakukan sama pada suhu 5
menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Setelah mendapatkan nilai
serapan maka dilanjutkan dengan mencari nilai x, lalu diteruskan dengan mencari
nilai Co dan Co – C dan kemudian mencari nilai k dengan
menggunakan perhitungan orde I.
Pada pengukuran nilai absorbansi ini terdapat benyak
kesalahan dikarenakan dari awal
pembuatan reagen kesalahan itu terjadi saat melarutkan akuades dengan FeCl3.
Akuades yang dilarutkan tidak sesuai dengan takarnya yang menyebabkan
berkurangnya knsentrasi dari FeCl3. Serta penggunaan bahan larutan
asetosal.
Asam asetilsalisilat atau
asetosal. Asam asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi
terdegradasi perlahan jika terkena uap air menjadi asam asetat dan asam
salisilat. Karena seperti yang diketahui dalam pembuatan reagen asetosal ini
sudah dilakukan sekitar beberapa waktu sebelumnya. Mekanisme degradasi dapat
disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies atau perpindahan
atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi.
G. KESIMPULAN
Semakin panas suhu yang diberikan, maka harga k akan
semakin naik sedangkan pada suatu obat semakin panas suhu yang diberikan maka
waktu kadarluwarsa obat semakin cepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Chayoy Yoga. 2012. Makalah Kinetika Kimia. http://chayoy.blogspot.com/2012/06/makalah-kinetika-kimia.html
Diakses pada kamis,
12 April 2013
Desnelli dan Fanani, Zainal. 2009. Kinetika Reaksi
Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak
Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium. Jurnal
Penelitian Sains. Vol. XII,No.
1(C) 12107.
Khairat. Syamsu Herman. 2003. ‘Kinetika Reaksi Hidrolisis Minyak Sawit dengan
Katalisator Asam Klorida’. Jurnal. Universitas Riau. Pekanbaru.
Santoso Herwening. 2012. Kinetika Reaksi. http://herweningsantoso.blogspot.com/2012/05/laporan-ii-kinetika-reaksi.html. Diakses pada kamis, 11 April 2013
Wahyono Djoko dan Arif Rahmat
Hakim. Peran Farmakokinetika dalam Terapi
Kuantitatif Obat Bahan Alam. Farmakologi dan Farmasi Klinik. Fak. Farmasi
UGM. Yogjakarta
0 comments:
Post a Comment